Salah satu pekerja, Caci, mengadakan hajatan perkawinan putrinya, Riri.
Seperti halnya orang Indonesia, dia telah menyiapkan pesta resepsi siang hari
setelah acara akad nikah selesai di pagi hari. Tidak seperti pesta perkawinan
lainnya yang biasa diadakan pada akhir pekan, keluarga pak Caci mengadakan
acara perkawinan pada hari Senin, karena hari itu mereka anggap hari terbaik
dan hari keberuntungan.
Dia mengundang sanak keluarga, teman-teman di kebun, dan para tetangga.
Untuk hiburan, pak Zaini, manajer kebun, memberikan sumbangan hiburan
musik Dangdut. Para tamu dijamu dengan makan siang serta hiburan berjoget
diatas panggung.
Istri pak Caci juga menyiapkan makan siang yang lengkap disertai kue-kue
tradisional.
Semua tamu merasa gembira, terlebih para pekerja yang bisa menghadiri
resepsi pada saat jam makan siang, karena setelah selesai makan siang
mereka harus kembali bekerja di kebun.
Di minggu yang sama, Bana, pekerja yang masih bujangan, juga menikah dan
akan mengadakan pesta perkawinan pada hari Jumat. Acara tersebut akan
diadakan di rumah calon istrinya. Karena hari Jumat para pekerja libur, maka
mereka bisa menghadiri acara pernikahan di pagi hari serta acara resepsi
perkawinan di siang harinya sekali gus.
“Keluarga laksana cabang dan dahan, tumbuh bersama walaupun berbeda
arah, memiliki akar tetap sama” (peribahasa tidak dikenal)